Nusa Utara adalah sebutan untuk pulau-pulau di antara sulawesi dan Mindano disebut Sangihe (Suku Sangir dan Talaud). Sangir, Sangil, Sangiresse (Sangihe) adalah nama etnis yang hidup di Indonesia dan Phlipina Selatan. Etnis ini sudah sejak purbakala dikenal oleh bangsa-bangsa luar karena memeliki kehebatan dalam mengarungi lautan. Etimologi Sangir atau Sangihe terdiri dari dua suku kata yaitu berasal dari kata Sangi, Muhunsangi, Sangitang, Masangi yang berarti menangis, tangisan juga Sang dan ir ; Sang merujuk pada Sangiang artinya Putri Khayangan(Bidadari) sedangkan Ir berati air dalam hal ini lautan atau ihe berarti emas, Sejalan dengan tulisan kuno di daun lontar yang dimiliki oleh suku Bugis-Makasar dinyatakan bahwa Utara penuh dengan Emas Permata. Kata Sangir merujuk pada beberapa tempat suku bangsa yaitu di Jawa, Sunda, dan sumatera bahkan di Madagaskar, India, Amerika Latin. Suku bangsa ini memiliki banyak kerajaan seperti terungkap dalam buku Kakawin Negara Kertagama eleh Empu Prapanca pada tahun 1365 disebut Udamakataraya dan pulau-pulaunya dalam terjemahan Moh. Yamin 1969. Oleh orang China (Thionghoa) disebut dengan Shao San. Oleh oleh Portugal dan Spangol di sebut Sang Gil, Jepang menyebutnya San. Suku bangsa atau etnis ini memeliki bahasa yakni Bahasa Sangir/Sangihe. Etnis ini dikenal sebagai suku bangsa pelaut yang terkenal sejak jaman purba-kala karena keberaniannya mengarungi lautan.
Bahasa sangir kaya akan kesusastraan, memiliki bahasa purba contoh berbicara tentang laut. Dalam bahasa sangir Tagharoa berati laut bebas juga berarti laut secara keseluruhan dalam hal ini merujuk pada saat ketika bumi ini belum terbagi dalam beberapa benua atau lautan disebut Benua Pagea dan lautan disebut Panthalusso. Laut disebut juga dalam bahasa Sasahara (bahasa Kuno/Purba Etnis Sangir Talaud)dengan Badoa, Boba, Elise laut yang tidak dalam sehingga nampak(muncul) terumbuh karang, saat ini laut disebut dengan Laude atau Sasi merujuk pada air asin. Ombak dalam bahasa sangir disebut Lua yaitu ombak yang pecah dipinggiran pantai, Bentare menunjuk pada ombak yang pecah dipermukaan air laut dalam (umum), Belade = gelombang yang besar pecah di lautan luas(Tagharoa), Birorong = gelombang yang tidak pecah dilaut antara boba yaitu laut yang bening kebiru-biruan yang dalam dan elise laut dangkal sehing tampak (muncul)terumbu karang, sedangkan arus laut disebut Selihe. Air laut turun disebut Sahe sedangkan air pasang disebut dengan Lanabe. Karang disebut Husso/Russo, Himang, Napong.
Sangihe memiliki berbagai jenis perahu, bahasa sangir saat ini perahu disebut Sakaeng sedangkan bahasa purba disebut dengan Pato, . Jenis perahu terdiri dari : Sikuti, Tumbilung,Dorehe, Sope, Bininta,Konteng, Giope, Pamo, Bolutu, Senta, Lambutem, Dampala, Pelang, Londe, Korakora, Balasoa, Tonda, Niune, Panku/Pantu. Belum termasuk nama-nama perahu yang dikenali dalam bahasa Sasahara: malimbatangeng, bangka, paro, dan dalukang. Bahasa Sasahara adalah bahasa Sangihe yang dipakai khusus oleh pelaut sewaktu berlayar, dan juga dipakai sebagai bahasa Sastra. Dari sekian banyak nama perahu itu, kita dapat mengenali beberapa pinjaman kata dari kebudayaan luar, misalnya sope dan lambuti yang dikenal dalam bahasa Bugis dan Makassar sebagai soppe dan lamboh. Demikian pula panku, bangka, dan bininta yang mirip dengan Panco dan Vinta dari Filipina Selatan dari (Sangil). Bangka sebenarnya adalah nama perahu yang dikenal luas dalam bahasa-bahasa Austronesia (mangkas, wangkang,dansebagainya).Juga bahasa yang disebut Sasalili mis : ular disebut sehari-hari disebut Tempu (kuno Katoang) dlm bahasa salili disebut dengan hamu artinya akar sedang binantang buas disebut dengan Yupung artinya nenek moyang.
Ernst Kausen 2005. Bahasa Sangir termasuk dalam bahasa AUSTRONESISCH/FORMOSA-Gruppe/MALAYO-POLYNESISCH/WEST-MALAYO-POLYNESISCH/PHILIPPINEN/SANGIR-MINHASAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar